Kamis, 27 Januari 2011

MANDAR SEJARAH


2.Peristiwa Wasterling di Mandar

a.    Kedatangan tentara sekutu

  S
etelah kekalahan Balatentara Jepang maka kekuatan asing berikutnya yang harus dihadapi oleh Republik Indonesia  Adalah Pasukan-pasukan Sekutu ,yang ditugaskan untuk menduduki wilayah Indonesia  dan melucuti tentara Jepang  ,dan yang melaksanakan tugas ini adalah komando Asia Tenggara  (Sauth East Asia Command) dibawah pimpinan Laksamana Lord Lous Mount-batten
   Pimpinan Asia Tenggara ini lalu membentuk suatu komando khusus  yang diberi nama Allfied Forces Nedherlands East Indies yang disingkat (AFNEI)  dibawah pimpinan Letnan Jenderal Sir Philip Christison
   Pasukan-pasukan Sekutu dan Pasukan–pasukan AFNEI mulai mendarat di Jakarta  pada tanggal 29 September 1945 dimana pasukan yang tergabung dalam AFNEI hanya bertugas di Jawa dan Sumatera  sedangkan pendudukan daerah lainnya diserahkan kepada angkatan perang Australia .
     Pada tanggal 25 Oktober 1945 tentara sekutu  Brigade 49 Devisi India ke 23  dibawah komando Brigadir Jenderal A.W.S Mallaby mendarat di Surabaya ,pemerintah dan rakyat Indonesia khususnya yang ada  di Surabaya dan sekitarnya yang semula menyambut baik kedatangan tentara sekutu ,namun sebaliknya pihak sekutu yang dibelakangnya membonceng tentara NICA malah memperlihatkan tanda-tanda untuk kembali menguasai Indonesia ,dengan menyerang beberapa tempat ,sehingga terjadilah  beberapa kali  kontak senjata yang kemudian terjadi pertempuran besar-besaran  yang tidak  seimbang  yang dimulai pada tanggal 10 Novomber sampai dengan awal bulan Desember 1945 yang mengakibatkan gugurnya beribu-ribu pejuang di Surabaya yang disebut Arek-Arek Surabaya dibawah pimpinan Bung Tomo yang memberikan semangat  yang menggeledak  Allahu Abar dan  Maju terus pantang Mundur , dan untuk memperingati kepahlawanan rakyat Surabaya maka tanggal 10 November ditetapkan sebagai Hari Pahlawan Nasional  yang diperingati setiap tahunnya oleh  seluruh Bangsa Indonesia
         Dari semua pasukan sekutu   yang awal kedatangannya  disambut dengan sikap terbuka  oleh pihak pemerintah Republik  Indonesia ,akan tetapi setelah diketahui  bahwa pasukan sekutu datang dengan   membawa orang-orang NICA (Nederland Indies Civil Admnistration)  yang hendak menegakkan kembali kekuasaan Kolonial Hindia Belanda di Indonesia  maka sikap pemerintah dan rakyat Indonesia mulai curiga dan kemudian bermusuhan  yang selanjutnya terjadi beberapa insiden di mana-mana oleh para pejuang kemerdekaan  ,  Situasi dengan cepat menjadi buruk setelah NICA  mempersenjatai kembali bekas tentara KNIL (Kongklijks Nederland Indische Legers ) yang baru dilepaskan dari tahanan Balatentara  Jepang  .
       Adapun tentara Australia sebagai salah satu bagian dari tentara sekutu  yang ditugaskan untuk menduduki daerah dalam wilayah Indonesia bagian timur  dan sebagian besar  mendarat di Makassar ,yang kedatangannya pada mulanya tidak ikut campur tangan atas  perjuangan rakyat Indonesia  akan tetapi karena hasutan dari NICA (Tentara Belanda) yang ikut membonceng dibelakangnya dan kemudian Belanda mendirikan Pemerintahan Sipil di Makassar ,lalu merebut tempat-tempat strategis  untuk selanjutnya  melakukan penyerangan terhadap lasykar-lasykar yang ada di Sulawesi bagian Selatan lalu pada   ahirnya menyerbu  markas pemuda yang terletak di Jongaya , yang akibatnya karena selalu mendapat serangan ,maka  kemudian para pemuda mengalihkan perjuangannya keluar kota lalu pusat pemerintahan dipindahkan ke Watampone (Bone)  dan kegiatan PPNI (Pusat Pemuda Nasional Indonesia) kemudian dipindahkan ke Polongbangkeng . Dari tempat ini diselenggarakan koordinasi dengan perjuangan yang telah ada di Limbung dan Bontonompo  organisasi perjuangan ini ahirnya diperluas kekota-kota lain  sehingga pada tanggal 26 Desember 1945 terjadi suatu gerakan yang dilancarkan  untuk menduduki kota Makassar akan tetapi gerakan pertama ini mengalami gegagalan , dan nanti pada penyerangan berikutnya baru berhasil menduduki  Stasion radio Makassar, Tangsi Polisi di Jalan Gowa serta hotel Exspres di depan lapangan Karebosi .
            Selanjutnya pada tanggal 17 Juli 1946 organisasi ini bergabung menjadi satu  dalam sebuah wadah  yaitu Lasykar Pemborontak Indonesia Sulawesi yang disingkat LAPRIS , yang merupakan gabungan dari 16 organisasi perjuangan di Sulawesi termasuk didalamnya Kalasykaran Kris Muda Mandar  dan sebagai Panglima LAPRIS  diangkat Ranggong Daeng Romo ,Kepala Stafnya Makkaraeng Daeng Djarung  serta sekertaris Jenderalnya  adalah Rober Wolter Monginsidi  ,senjata yang melengkapi organasasi ini diperoleh dari hasil perampasan tentara Jepang ,setelah Jepang kalah dari sekutu dan organisasi ini  berkedudukan di Bontonompo Takalar.
          Para pejuang di Sulawesi  telah bergerak  dalam pemerintahan semenjak tahun 1945 dengan Gubernur pertama  untuk Sulawesi diangkat Dr. Ratulangi  yang berkedudukan di Makassar  , pemerintahan yang dipimpin oleh gubernur Sulawesi  pertama dengan sangat cepat mengambil langkah dan membentuk sebuah organisasi kecil untuk menampung aspirasi pemuda  ,maka demi terarahnya organisasi ini yang semakin hari semakin banyak anggotanya lalu dibentuk PPNI ( Pusat Pemuda Nasional Indonesia)  yang diantaranya dipimpin oleh Manai Sophian
     Pada sekitar Bulan Desember 1946 Belanda mengirim pasukan  ke Sulawesi Selatan dibawah pimpinan Kapten Raimond Wasterling yang kemudian bernama pasukan Wasterling dimana Raimond sendiri telah kembali ke Jakarta setelah mengadakan pembantaian para pejuang ,namun pasukan ini yang ditinggalkan oleh Raimond sudah terlanjur disebut pasukan Wasterling yang kemudian dikenal dengan julukan Sijago Bantai   , yang sejak kedatangannya pada tanggal 7 Desember 1946 hingga 25 Desember 1946 , secara membabi buta telah membunuh beribu-ribu rakyat , aksi tersebut dimaksudkan untuk membersihkan daerah Sulawesi Selatan dari pejuang-pejuang Republik dan mematikan perlawanan terhadap pembentukan NIT (Negara Indonesia Timur) , gerakan ini dilakukan pada bulan Desember 1946 setelah terjadi pertempuran dengan pasukan Harimau Indonesia dibawah pimpinan Rober Wolter Monginsidi  yang terjadi di Barombong pada tanggal 3 November 1946 .    
          Pada tahun 1947 Pasukan Wasterling kembali melakukan aksinya untuk pembersihan para pejuang Republik di Sulawesi Selatan , tindakan dari pasukan  Wasterling ini adalah untuk mencegah para pejuang kemerdekaan  untuk mempersatukan  semua kekuatan bersenjata  yaitu TRI (Tentara Rakyat Indonesia) dengan  Lasykar-lasykar  atau badan-badan pejuang lainnya sesuai dengan penetapan pemerintah Republik Indonesia pada tanggal 5 Mey 1947 tentang peleburan organisasi bersenjata menjadi Tentara Nasional Indonesia yang disingkat TNI , yang sebelumnya diadakan penetapan dan untuk melaksanakan  penetapan tersebut dibentuk panitia yang diketuai oleh Presiden  dibantu oleh wakil Presiden ,menteri pertahanan dan panglima besar Jenderal Sudirman selaku wakil-wakil  ketua  serta beberapa anggota yang terdiri dari pucuk pimpinan TRI ,para pemimpin Lasykar dan TRI Pelajar  akan tetapi pekerjaan panitia ini tidak lancer karena adanya tantangan dari partai politik dan gangguang keamanan termasuk dengan pembersihan para pejuang yang berlangsung di Sulawesi Selatan ,namun pada ahirnya  penetapan Presiden berlanjut yaitu dengan meresmikan Tentara Nasional Indonesia pada tanggal 3 Juni 1947 yang menetapkan sebuah pucuk pimpinan yang merupakan pimpinan kolektif  terdiri dari seorang kepala dan dibantu oleh beberapa orang anggota  dan sebagai kepala pucuk pimpinan TNI ditunjuk Panglima besar Angkatan  Perang Republik Indonesia  Jenderal Sudirman  yang pelantikannya   dilaksanakan pada tanggal 28 Juny 1947 oleh Bapak Presiden Republik Indonesia Ir. Soekarno yang berlangsung di Jokyakarta .
            Dengan adanya penetapan dan pelantikan Tentara Nasional Indonesia serta adanya penolakan dari pemerintah Republik Indonesia tentang permintaan Pemerintah Belanda  untuk tetap bekerja sama dalam semua bidang termasuk didalamnya menyangkut masalah keamanan ,   maka pemerintah Belanda lebih meningkatkan kegiatannya untuk membersihkan para pejuang di daerah termasuk di Sulawesi bagian Selatan dengan sebuah Agresi militer yaitu melancarkan serangan serentak terhadap daerah-daerah yaitu pada tanggal 21 bulan  Juli tahun 1947 , dan serangan militer ini dikenal sebagai Agresi Militer Pertama Belanda  .
         Adapun pembersihan yang berlangsung di Sulawesi yang dipimpin oleh Raimon Wasterling  yang kemudian dikenal dengan nama Korban 40.000 jiwa di Sulawesi Selatan termasuk didalamnya yang dilakukan oleh pasukan Wasterling Belanda di dua tempat dalam wilayah Mandar yaitu yang pertama di Galung Lombok wilayah kerajaan Balanipa yang sekarang telah menjadi sebuah Desa dalam wilayah Kecamatan Tinambung Kabupaten Polewali Mandar  dan yang kedua di Budong-Budong wilayah kerajaan Mamuju . yang sekarang ini telah menjadi sebuah Kecamatan dalam wilayah Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat
       Raimond Wasterling adalah seorang Tentara KNIL  yang berdarah Indo-Belanda berkebangsaan Indonesia yang ibunya berasal dari  Ambon Maluku yang sangat kejam yang setelah melakukan pembantaian di Sulawesi Selatan pada tahun 1946 , lalu kemudian kembali memimpin  gerombolan yang menamakan dirinya Angkatan Perang Ratu Adil yang disingkat APRA pada pagi hari tanggal 23 Januari 1950 di Bandung ,namun TNI berhasil  menghancurkan gerombolan APRA dan Raimond Wasterling  bersama beberapa orang anak buahnya melarikan diri .
           Raimond Wasterling yang sudah merupakan momok bagi bangsa Indonesia yang telah dengan sangat tidak berprikemanusian untuk membunuh bangsanya sendiri yang bagi seluruh rakyat Indonesia tidak akan memberi ampun lagi bagimya sehingga  Raimond Wasterling yang berpikiran  sudah kepalang tanggung dalam memusuhi bangsanya sendiri ,maka Raimond Wasterling terjunmenceburkan diri untuk mandi karena  sudah terlanjur basah, setelah gagal dalam aksinya sebagai Pemimpin Gerombolan yang menamakan dirinya Angkatan Perang Ratu Adil  yang disingkat APRA , lalu  melarikan diri meninggalkan Bandung Jawa Barat ,  kemudian kembali melanjutkan petualangannya di Jakarta , yang setibanya di Jakarta Raimond Wasterling kembali merencanakan suatu gerakan untuk menangkap semua menteri dalam kabinet  dengan sasaran pembunuhan yang ditujukan kepada Menteri pertahanan Sri Sultan Hamengkubuwono ke IX dan sekertaris Jenderal kementerian pertahanan Mr A.Budiarjo  serta pejabat Kepala Stap Angkatan Perang  Kolonel TB Simatupang , ,namun gerakan ini dapat digagalkan oleh Tentara Nasional Indonesia   dan Raimond Wasterling sempat melarikan diri keluar Negeri dengan menumpang pesawat Catelina milik Angkatan Laut Belanda dan dengan kepergian Raimond Wasterling  melarikan diri itu namanyapun bagi bangsa Indonesia hilang seakan ditelan Bumi ,karena Raimond Wssterling telah menetap di Negeri Belanda dan menjadi warga Negara disana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  MAJENE DALAM BINGKAI MANDAR PRA ISLAM A.       Tinjauan Umum Mandar Mengenal Mandar   dalam perkembangan bingkai peta suku bangs...